Minggu, 25 Juni 2017
Kamis, 01 Juni 2017
SUDUT PANDANG KONSEP-KONSEP KOMUNIKASI
Pertanyaan :
Anda telah mempelajari banyak tentang konsep/batasan/definisi komunikasi. a). Sebutkan konsep-konsep komunikasi yang sudut pandangnya lebih ke
psikologi b). Pada Sosiologic. Pada Antropologi.
Jawab :
a. Pandangan yang
lebih ke psikologi
“Dalam suatu
periode tertentu orang-orang negro dan Amerika Serikat yang menjalani hukuman
mati meningkat berkenaan dengan menurunnya harga kapas. Dari hubungan ini kita
dapat melihat bahwa situasi ekonomi yang membruk adalah suatu kondisi penting
bagi suatu peningkatan dalam gerakan anti negro”.
Hovlan & Sears (1940)
Hovlan & Sears (1940)
(statement diatas adalah contoh
dimana dunia kognisi seseorang ditafsirkan berdasarkan deduksi logis yang
dimiliki oleh orang-orang yang menafsirkannya)”
“Beberapa banyak
obyek dapat diliput oleh pikiran secara serentak bila mana tanpa kesungguhan
hati, namun tanpa mengalami kekeliruan yang berarti, saya mendapat jawaban dari
masalah ini bermacam-macam dari para filsuf. Bila anda melemparkan kelereng ke
lantai anda akan sulit untuk melihati kelereng tersebut lebih dari enam butir
pada saat yang sama atau sebanyak-banyaknya tujuh tanpa kekeliruan.
William Hamilton
– Universitas Edinburh (1836-1856)
“Mental-set
melalui kepekaan selektif dari obyek yang sama akan diterima maknanya, karena
kelainan individu dan berlainan profesi”
Folley &
McMillan (1943) ; Pearson & Simon (1958)
“Dibawah pengaruh
perasaan yang kuat, kita sudah diyakinkan oleh perasaan kita, dengan cara yang
berbeda seperti seorang penakut dalam pengaruh ketakutan, dan seorang pemabuk
cinta di bawah pengaruh perasaan menyinta, mempunyai bayangan : yang pertama
dengan apa yang dilihat, yakni seorang musuh. Sedangkan kedua, terbayang dalam
pikirannya yakni kekasihnya.”
Aristoteles –
Parva Naturalia ( 2000 tahun yang lalu)
“Emosi dan
kebutuhan-kebutuhan dapat menimbulkan penympangan persepsi pribadi dan system
kognisinya.”
Albert Papiton
(1950)
“ Seseorang cenderung untuk menyebtkan kata-kata dalam suatu urutan
yang diorganisasikan ke dalam hubungan kategori-kategori. Kecenderungan ini di
sebut sebagai associative clustering (pengelompokkan asosiatif) berdasarkan
ciri-ciri khas tertentu”.
Bousfield &
Cohen (1955)
“ Keterdekatan dapat menentukan persepsi kita terhadap sistem kausal”
Danker (1945)
“Gerakan-gerakan
yang mempunyai cirri-ciri tersendiri, obyek-obyek yang tidak hidup
diorganisasikan secara spontan kedalam suatu sistem sebab akibat”.
Heider &
Simmel (1944)
“Apabila subyek diminta menilai dari serangkaian obyek-obyek dalam
kategori ‘berat atau ringan’, dan sebagainya; penekanan penilaiannya merupakan
fungsi dari keseluruhan serangkaian obyek sebagai pola pikir.”
Weaver &
Zener (1945)
“Bahwa seberapa orang mendapat kesukaran untuk mentolerir atau menata
kognitif yang mendua, dan kognitif yang tidak konsisten. Pada umumnya
benda-benda atau orang-orang di dunia ini kelihatan semuanya bagus atau
semuanya jelek, bila mereka menghadapi situasi mendua mereka akan menentukan
suatu interpretasi yang nyata. Cara untuk menata situasi yang mendua dikatakan
bahwa itu adalah karakteristik tingkah laku mereka, kognisi mereka terhadap
seseorang atau obyek, hubungan inter personal mereka, dan cara mereka
menghadapi permasalahannya”.
Frankel Brunn Wik (1949)
“Jika sebagian besar kebutuhan terpuaskan/terpenuhi maka kebutuhan yang
belum terpenuhi akan menjadi tidak/ kurang berarti bagi individu yang
bersangkutan, dan akan muncul kebutuhan-kebutuhan yang telah tercapai.
Ketentuan ini sejalan dengan teori perkembangan kebutuhan”.
Maslow (1943)
b. Pandangan yang
lebih ke sosiologi
“Mengembangkan suatu teknik yang dikenal sematic-differential rating
instrument, yaitu alat untuk mengukur makna sikap. Subyek disuruh menangkap dan
mengatakan obyek yang dapat dilihat bedanya tetapi dibalik itu ada maknanya”.
Osgood, Suci, & Tannembaum (1957)
“Organisasi sikap keagamaan yang tinggi ditentukan oleh diferensiasi
dan integrasi antara bagian dari system sikap dengan melibatkan sedikit rasa
tak sadar serta intensitas emosi yang rendah. Dihubungkan dengan kepribadian
ternyata memang terdapat kaitannya antara sikap keagamaan dan struktur
kepribadian”.
French (1947)
“Seorang tokoh gerakan rakyat ortodok,
telah muncul dan berhasil membentuk kelompok-kelompok pendengar radio
yang terorganisir dengan baik, dan telah berkembang pesat pada masa depresi ekonomi”.
Father Coughlin (1930)
Dalam penelitiannya “public opinion in Rusia” disebutkan bahwa Rusia
melakukan intensifikasi dengan mempergunakan penampilan perseorangan dalam
kelompok-kelompok yang terorganisir. Disini ternyata komunikasi-komunikasi secara
massal sangat mengagumkan hasilnya.
Inkeles (1950)
“Kelompok-kelompok itu akan saling berinteraksi sebagai akibat
komunikasi. Jika terjadi suatu perbedaan pendapat diantara mereka, para anggota
akan mendiskusikan masalah tersebut”.
Brodback (1956)
”Bahwa diskusi terhadap suatu
komunikasi oleh kelompok yang ’solidly antagonistic’ sangat rendah
keefektifannya terhadap komunikasi itu”.
Hitnick & Mc Cinnies
(1958)
”Untuk menempati kedudukan
yang tinggi di dalam kelompok, orang harus menghayati norma kelompok itu norma
yang dituntut harus dalam keadaan aktual atau norma yang ada sanksinya dari
kelompok, dan bukannya norma yang dijadikan ’lip service’ oleh kelompok itu.
Nomans (1950)
”Bahwa bahan-bahan yang
dirancang untuk menghasilkan self insight akan lebih efektif jika disertai
dengan self-konsistensi. Sejumlah orang berubah sikapnya, karena mereka
menyadari bahwa prasangka yang ada dalam dirinya tidak konsisten terhadap orang
yang diprasangkai”.
Patchen (1959)
c. Pandangan yang
lebih ke antropologi
” Pengukuran makna. Pembeda
semantik(semantic differential) sebagai suatu alat pengkuran sikap,pada mulanya
dirancang untuk mengukur makna konotatif konsep-konsep. Asumsi yang mendasari
semantic differential adalah bahwa beberapa komponen penting dari makna suatu
konsep dapat diukr dengan skala yang bipolar. Setiap set kata sifat bipolar
disebt suatu skala pada pembeda semantik. Makna konotatif bersifat
multidimensional-ada sejumlah komponen yang berbeda dari makna”.
Osgood (1957)
”Bahwa pengalaman-pengalaman
pria dan wanita dalam kehidupan kita demikian berbeda, sehingga kata-kata yang
sama akan menimbulkan makna yang berbeda bagi mereka”.
Margaret Mead (1949)
”Gambaran esensial dari
komunikasi adalah bahwa seseorang menarik kesimpulan dari tingkah laku pihak
lain berupa ide dan berurusan dengan apa yang sedang dialaminya. Kemudian ia bereaksi
tidak terhadap tingkah laku tersebut, tetapi terhadap ide atau perasaan yang
diperkirakannya tadi. Orang lain kemudian bereaksi terhadap responnya sesuai
dengan ide atau perasaan (arti) yang dimilikinya. Bila kita berkomunikasi
dengan pihak lain, tidak hanya merespon terhadap kata yang didengar. Kita
selalu mendengar dengan ’telinga ketiga’, kita selalu mencoba mendapatkan
pengertian yang dalam dari pihak lain”.
Davis (1949)
”Bahasa suatu bangsa
merupakan kunci yang membuka tirai kebudayaan mereka”.
De Madariaga (1929)
”Dalam bahasa Arab terdapat
sekitar 6000 nama atau kata yang berkaitan dengan unta”.
Thomas (1937)
”Bahasa khusus (special
language) adalah suatu bahasa yang hanya dipakai oleh kelompok-kelompok
individu yang ditempatkan dalam lingkungan-lingkungan khusus”.
E.T. Hiller (1933)
” Apabila orang-orang
dihimpun ke dalam satu kelompok untuk maksud-maksud khusus, mereka cenderung
mengembangkan suatu bahasa yang asing atau berbeda sampai batas-batas tertentu
dari bahasa umum masyarakat luas tempat kelompok itu berada”.
Lewis (1948)
”bahwa frustasi dan kenakalan remaja meningkat di
dalam masyarakat, terutama ”sistem tingkah laku” (moral, seksual, agresif,
dst.) sangat berperan terhadap kekecewaan bila dihubungkan dengan sistem yang
mencerminkan tingkah lakunya”.
Whiting & Child (1953)
”Bahwa ibu yang mengasuh (mengelola) anak jauh
lebih berarti daripada lembaga untuk : meberikan penangguhan perhatian kepada
seorang bayi yang sedang menangis atau tidak memberikan perhatian sama sekali,
memberi makan bayi, menghentikan kegiata anak menghisap bagia tubuhnya sendiri,
melarang untuk memegang organ sex-nya, menitipkan anak dirumah dengan seorang
wanita, mendidik untuk berdikari”.
Miller & Swanson (1958)
”Bahwa orang yang berstatus tinggi merasa
dituntut-dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan dalam
pelbagai organisasi masyarakat. Golongan-golongan yang ingin berpartisipasi
dalam masyarakat adalah : orang bisnis, tenaga profesional, pemilik pertanian,
pekerja terampil, klerk, dan buruh penyewa tanah. Orang yang berpendidikan
tinggi da orang yang berpenghasilan tinggi diharapkan lebih aktif dari pada
orang yang berpendidikan rendah dan berpenghasilan rendah”.
Brown (1953)
”Bahwa ada hubungan antara pembetukan kelompok
dengan masalah keterdekatan ruangan (spatial proximity)”.
Festinger, Schachter &
Back (1950)
”Bahwa kesamaan sikap adalah merupakan faktor yang
efektif dalam pembentukkan kelompok. Tingkat persetujuan merupakan hal yang
penting dalam pembentukan sikap”.
Newcomb (1960)
” Posisi pimpinan dan posisi bawahan merupakan hal
yang pertama untuk membentuk kelompok menjadi stabil”.
Sherif and friend (1954)
”Pemimpin hendaknya dapat menolak pekerja yang
tidak cocok untuk pekerjaan tertentu, walaupun dia akan kehilangan
persahabatan”.
Piedler (1958)
”Ada dua hakekat pada efek persahabatan yang
berhubungan dengan efektivitas kelompok : 1) adalah mengenai persahabatan
kental dapat mengurangi paksaan atas keikutsertaan, mempertinggi hubungan, dan
juga menyempurnakan produktivitas kelompok. 2). hubungan dengan antar kelompok
dapat membawa pada pengabaian tugas kelompok untuk keuntungan , mengukuhkan
kebahagiaan melalui aktivitas sosial yang murni, dan karenanya menurunkan produktivitas
kelompok yang bersangkutan”.
Kelly & Thibaut (1954)
”Sikap konfirmitas yang tinggi ditentukan oleh
derajat motivasi individu itu sendiri. Diataranya : motivasi utuk keinginan,
prestise, kepuasan”.
Jackson & Saltzstein
(1958)
”Konformitas tidak hanya mengurangi rasa cemas
tapi justru bisa menghilangkanya, artinya bahwa seseorang dalam keadaan cemas
tersebut tendensi untuk berkonformitas”.
Hoffman
(1957)Pertanyaan :
Anda telah mempelajari banyak tentang konsep/ batasan/ definisi komunikasi Untuk Teori-Teori Komunikasi ?
Teori Sistem
Pendekatan teoritis yang paling umum pada
komunikasi adalah terori system. Teori system dan dua bidang yang berhubungan,
terori cybernetic dan informasi, menawarkan perspektif yang luas pada bagaimana
melihat dunia. Teori system berurusan dengan ke-interrelasi-an bagian-bagian
dari suatu organisasi, cybernetic dengan control dan regulasi dalam
system-sistem,dan teori informasi berfokus pada pengukuran dan transmisi
sinyal-sinyal. Bidang-bidang ini berguna sebagai suatu basis bagi banyak
teori-teori komunikasi.
Teori sistem, cybernetic, dan terori
informasi dipergunakan pada berbagai fenomena luas fisis, biologis, sosial, dan
perilaku. Akar dari pikiran system dimulai sekurang-kurangnya jauh di belakang
abad ke 19 dengan teori Hegel.
Teori Hegel
Bagi Hegel, dunia adalah dalam proses dan
control oleh suatu ketegangan diantara yang berlawanan. Suatu keadaan seperti
perang dingin antara dua adidaya akan diikuti secara historis oleh suatu
antithesis seperti runtuhnya salah satu adidaya dan suatu orde dunia yang baru.
Ketegangan yang dialami antara yang berlawanan ini – perjuangan antara
kekuatan-kekuatan orde dunia lama dan baru dalam contoh kita – akan dipecahkan
melalui suatu sintesis dari dua, seperti pembentukan suatu Negara bangsa yang
baru kebanyakan dan percekcokkan etnis. Sintesis itu sendiri menjadi suatu
posisi baru, hanya dihasilkan keseimbangan sekali lagi oleh suatu antithesis
baru, memulai suatu proses baru. Hegel menjelaskan perkembangan historis yang
berkenaan dengan proses dinamis ini, disebut DIALEKTIK.
Teori Karl Marx
Menggunakan pemikiran Hegel untuk
mendistribusikan kekuasaan masyarakat, menggunakannya untuk mempersatukan buruh
berlawanan dengan kapitalis.
Teori Charles Darwin
Juga bersandar pada idea bahwa organism
berkembang dan beradaptasi untuk menekan dari luar. Bagaimanapun, dia
menjelaskan proses dengan berbeda disbanding Hegel dan Marx. Bagi Darwin,
perubahan disebabkan oleh adaptasi-adaptasi dan akomodasi-akomodasi, dan
histori, sekurang-kurangnya di dunia biologis, diatur oleh proses-proses
evolusioner.
Teori C.K. Ogden dan I.A. Richard (Semiotik)
Teori modern pertama tentang isyarat
dikembangkan oleh filsuf besar dan ahli logika abad ke-19 Charles Saunders
Pierce, penemu semiotic modern Pierce mendefinisikan semiosis sebagai suatu
hubungan diantara isyarat, obyek, dan makna. Isyarat menggambarkan obyek, atau
acuan dalam pikiran seorang penafsir. Pierce mengacu kepada representasi suatu
obyek oleh suatu isyarat sebagai suatu tafsiran. Contohnya, kata anjing
diasosiasikan dalam pikiran anda buat (tafsiran) yang menghubungkan keduanya.
Tiga elemen seluruhnya diperlukan dalam suatu tiga serangkai yang tidak dapat
diperkecil lagi antar isyarat beroperasi. Hubungan tiga bagian ini dengan jelas
digambarkan dalam suatu model yang terkenal diciptakan oleh C.K. Ogden dan I.A.
Richards.
Studi ini dengan jelas menggambarkan bahwa
isyarat, dalam hal ini adalah sebuah pronominal (kata ganti), dihubungkan pada
acuannya melalui pikiran seorang pengguna. Jadi makna tergantung pada gambaran
atau pikiran orang dalam hubungannya dengan isyarat dan obyek yang di
isyaratkan.
Teori Morris (Pada Isyarat, Perilaku, dan Interaksi)
Charles Moris adalah seorang filsuf terkenal
yang menulis selama beberapa tahun mengenai isyarat dan nilai. Bagi Morris,
suatu isyarat adalah suatu stimulus yang mendatangkan suatu kesiapan untuk
merespon. Dalam suatu kosa kata yang dipengaruhi latin, dia mendefinisikan
interpreter (penafsir) sebagai organisme yang menerima suatu stimulus sebagai
isyarat, interpretant (tafsiran) sebagai suatu disposisi untuk merespon dengan
suatu cara tertentu karena isyarat), denotatum sebagai suatu yang ditandai oleh
isyarat yang memungkinkan organisme merespon dengan sesuai, dan significatum sebagai kondisi-kondisi
yang membuat kemungkinan respon.
Inovasi Morris yang paling penting adalah
aplikasinya mengenai isyarat pada studi tentang nilai. Morris menunjukkan
bagaimana nilai menekankan hal-hal yang berbeda dan bagaimana mereka berkaitan
dengan isyarat. Nilai tertentu menekankan dpendensi, yang lainnya menekankan
detasemen, dan yang lainnya lagi berkaitan dengan dominasi. Seperti yang kita
ingat dari teori system, suatu system mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
system-sitem lain. Bila system itu dipengaruhi oleh yang lain, dikatakan
dependen, terhadap system lain. Bila system itu mempengaruhi system lain,
dikatakan dominan terhadap system lain. Pernyataan detasemen ada bila suatu
system kurang lebih otonom. Dengan demikian, detasemen, berhubungan dengan
persepsi dan model designative signikasi. Dominasi berhubungan dengan
manipulasi dan faktor-faktor prescriptive, dan dependensi berhubungan dengan
konsumsi dan nilai-nilai appraisive.
Kontribusi Morris yang paling abadi adalah
penandaan dari tiga bidang teori isyarat. Bidang pertama semantic, atau studi
tentang bagaimana isyarat berkaitan dengan segala hal (benda). Disini
menyangkut terhadap isyarat apa yang diambil untuk menandaan, hubungan antara
dunia isyarat dan dunia segala hal (benda). Bidang kedua adalah sinatktik, atau
studi terhadap bagaimana isyarat berkaitan dengan isyarat lain, bidang ini
memeriksa tata bahasa dan struktur system dan menunjuk pada cara isyarat
disusun ke dalam system isyarat yang lebih besar. Akhirnya, bidang pragmatic
berhubungan dengan kode-kode actual dalam kehidupan sehari-hari, termasuk
efek-efek isyarat pada perilaku manusia dan cara-cara orang membentuk isyarat
dan makna dalam interaksi aktual mereka.
Individu yang ada dapat menunjukkan
preferensi terhadap aspek-aspek individual dan dari aksi-aksi social tertentu.
Preferensi ini, mengungkapkan yang berkenaan dengan detasemen, dominasi, atau
dpendensi menggambarkan nilai-nilai orang lain. Suatu nilai mungkin individual
atau social. Nilai-nilai social berurusan dengan hubungan seseorang dengan
orang lain, dan nilai-nilai individual berurusan dengan preferensi-preferensi
individualnya. Morris mengidentifikasikan lima nilai kelompok, termasuk
pengekangan social dan pengendalian diri, kenikmatan praktis dan aksi,
penarikan dan pemenuhan diri, kesediaan menerima dan perhatian simpatik, serta
pengikut sertaan diri.
Teori Osgood (Tentang Pengartian)
Psikolog terkenal Charles Osgood tertarik
bagaimana pengartian dipelajari dan bagaimana pengartian itu berkaitan dengan
pemikiran dan perilaku. Ia mengikuti tradisi belajar klasik yang mengajarkan
bahwa belajar adalah sebuah proses pengembangan asosiasi internal dan eksternal
terhadap rangsangan seperti misalnya kata-kata.
|
Teori belajar yang
digunakan Osgood dimulai dengan asumsi bahwa individu memberi respon terhadap
rangsangan didalam lingkungan, sehingga membentuk sebuah hubungan
stimulus-respon (S-R). Osgood meyakini, bahwa asosiasi dasar S-R ini bertanggung
jawab terhadap pembentukan arti, yang merupakan respon mental internal terhadap
sebuah rangsangan. Bila anda melihat sebuah pesawat terbang misalnya, sebuah
asosiasi internal akan muncul dibenak anda, dan asosiasi ini membentuk
pengartian anda tentang pesawat terbang tersebut.
Metode Osgood untuk mengukur pengartian,
semantic differential, berasumsi bahwa pengartian seseorang dapat diungkapkan
dengan menggunakan kata-kata sifat. Metode ini dimulai dengan menemukan kata
sifat yang dapat digunakan untuk mengungkapkan konotasi individu untuk
rangsangan apapun, termasuk tanda. Kata-kata sifat ini diatur berlawanan satu
sama lain, seperti baik -buruk, tinggi-rendah, lambat-cepat, individu diberi
sebuah topik, kata atau tanda lainnya dan ditanya bagaimana mereka
mengasosiasikan tanda itu dengan pasangan kata sifat. Sebuah skala tampak
seperti ini :
Subyek menempatkan sebuah check mark pada salah satu tempat kosong
diantara kata-kata sifat ini untuk menunjukkan derajat baik dan atau buruk bila
diasosiasikan dengan rangsangan.
Osgood kemudian
menggunakan sebuah teknik fisika yang disebut analisis actor untuk menemukan
dimensi-dimensi dasar dari pengartian yang bekerja di dalam konotasi seseorang
untuk konsep tersebut. Penemuan-penemuannya dalam penelitian ini telah mengarah
pada teori semantic space. Pengartian
seseorang untuk sebuah tanda dikatakan terletak di dalam sebuah ruang metaforia
dari tiga dimensi utama : evaluasi aktivitas, dan potensi. Sebuah tanda
tertentu, mungkin sebuah kata atau konsep mendapatkan sebuah reaksi di dalam
orang itu, yang terdiri dari sebuah sense of evaluation (baik atau buruk),
aktivitas (aktif atau tidak aktif), dan potensi (kuat atau lemah. Pengertian
konotatif orang itu akan terletak di dalam ruang hipotesis ini tergantung pada
respon orang tersebut terhadap ketiga faktor tadi.
Osgood dan ahli-ahli lainnya telah melakukan
penelitian semantic differential berdasarkan berbagai tipe konsep. Termasuk
kata-kata, music, kesenian dan bahkan bunyi sonar. Disamping itu mereka telah
melakukan penelitian diantara berbagai kebudayaan. Osgood meyakini bahwa ke
tiga faktor dari pengartian-evaluasi, aktivitas, dan potensi-berlaku untuk
semua orang dan semua konsep.
Model Osgood
Osgood menyatakan bahwa model komunikasi teknik milik Shannon da
Weaver, yang dikembangkan untuk diaplikasikan pada masalah-masalah mekanik,
tidak pernah dimaksudkan untuk komunikasi manusia. Modelnya sendiri
dikembangkan dari teori maka dan dari proses psikolinguistic secara
umum.
Osgood memberi fungsi pegiriman maupun penerimaan dalam satu individu,
dan dia juga memasukkan “makna” simbol-simbol. Model Shannon dan Weaver
mengimplikasikan sumber, sasaran, transmitter dan penerima yang terpisah.
Meskipun biasanya ini benar untuk sistem mekanik, tetapi tidak benar untuk
sistem komunikasi manusia. Seorang individu berfungsi sebagai sumber dan
sasaran, baik sebagai pegirim maupun penerima dengan menyandi-balikkan pesan
yang dia sandikan melalui sejumlah mekanisme umpan balik. Dalam model ini “
manusia” adalah bentuk energi fisik atau “stimulus” yang dikodekan dalam bentuk
yang diubah (disandi-balik) menjadi
impuls-impuls sensorik.
Dalam pandangan Osgood, setiap orang dalam “komunikasi wicara” (speech
community) dipandang sebagai sistem komunikasi yang lengkap yang sejenis
dengan model Shannon dan Weaver. Osgood telah memodifikasi model Shannon dan
Weaver menjadi apa yang dia sebut “unit komunikasi” untuk mengirim dan menerima
pesan. Osgood menekakan pada sifat sosial komunikasi dan mengartikan pesan
sebagai keluaran (output) total dari unit sumber, yang bisa menjadi masukan
total dari sebuah sasaran. Ketika
seseorang bicara....
“Postur, gerak, isyarat, ekspresi wajah, dan abhkan maipulasi
obyek...bisa mejadi bagian dari pesan, seperti tentunya (suara)....Kejadian
pesan ini (reaksi seseorang yang menghasilkan rangsangan pada orang lain) bisa
langsung atau lewat perantara-pembicaraan empat mata yang bisa menggambarkan
komunikasi langsung dan tertulis (bersama dengan rekaman musik, benda-benda
seni, dan lain sebagainya) menggambarkan komunikasi dengan perantara”. (1954,
hlm, 2-3)
Osgood, C.E. ed (1954),
Psycholinguistics : A survey of theory and research problems. Journal of
Abnormal and Social Psychology, 49 (October) Morton Prince Memorial Supplement
Teori Bruce Gronbeck (Ide dasar dramatisme)
Dramatisme dan narasi
adalah dua aliran yang sesuai dengan pandangan kaum interaksionis yang
berhubungan erat satu sama lain. Teori-teori tentang dramatisme dan narasi
berkenaan dengan satu dari sekian banyak hal terpenting dimana orang
menggunakan symbol untuk kemudian menciptakan arti. Hal tersebut adalah cerita.
Dramatisme mengacu pada hal-hal yang erat berhubungan dengan metafora
teatrikal, sedangkan narasi terkenal dengan penggunaan urutan cerita.Aliran
dramaturgical berkaitan erat dan sangat diperngaruhi oleh interaksionisme
simbolkis. Kaum dramaturgis memandang manusia sebagai actor-aktor diatas
panggung metaforis yang sedang memainkan peran-peran mereka. Bruce Geonbeck memberikan sketsa tentang
ide dasar dramatisme :
Model Schramm
Schramm tidak membuat pembedaan yang tajam antara komunikasi teknik dan
non teknik seperti yang dilakukan Shannon dan Weaver, tetapi dia mengakui bahwa banyak pemikirannya yang
diilhami oleh Osgood. Dalam seragkaian model awalnya Scramm bergerak dari model
komunikasi yang sederhana meuju model yang lebih compleks dengan memasukkan
akumulasi pengalaman dua orang yang berusaha berkomunikasi dan kemudian ke
model yang memasukkan komunikasi manusia dengan interaksi antara dua individu.
Yang pertama, memiliki kesamaan
dengan yang diajukan Shannon dan Weaver
Yang kedua, Schramm mengenalkan pemikiran bahwa hanya apa yang dialami
bersama oleh sumber dan sasaran yang benar-benar dikomunikasikan, karena hanya
bagian dari sinyal itu yang dipahami oleh sumber dan sasaran.
Yang
ketiga, berhubungan dengan komunikasi sebagai interaksi antara keduanya dalam
penyandian, pegiriman, peyandian balik (decoding), dan penerimaan
sinyal. Disini kita melihat umpan balik dan “lingkaran” yang berkelanjutan dari
informasi yang diketahui bersama
W. Schramm (1954), “How
Communication Works”
(ed.) The Process and Effects Of Mass Communication
Urbana : Universitas of Illinois Press
(ed.) The Process and Effects Of Mass Communication
Urbana : Universitas of Illinois Press
Model Simetri Newcomb
Pendekatan Theodore Newcomb pada komunikasi adalah pedekatan seorang
pakar psikologi sosial yang mempelajari interaksi antarmanusia. Modelnya
diambil dari diagram jaringa kelompok yag dibuat oleh pakar psikologi sosial
dan merupakan salah satu formulasi awal dari konsistesi kognitif. Dalam bentuk tindakan
komunikasi yang paling sederhana, seseorang A, mengirim informasi pada orang
lain, B, tentang sesuatu, X. Model itu menganggap orietasi A (sikap) terhadap B
dan terhadap X itu saling bergantung (iterdependent), dan ketiganya membentuk
sebuah sistem yang terdiri dari empat orientasi.
- Orientasi A terhadap X,
termasuk orientasi keduanya terhadap X sebagai obyek untuk didekati atau
dihindari (dicirikan dengan tanda dan intensitas) dan atribut kognitif
(kepercayaan dan strukturisasi kognitif)
2. Orientasi A terhadap
B persis sama. (dengan maksud menghindari istilah yang membingungkan, Newcomb
bicara tentang ketertarikan positif dan negatif pada A atau B dan tentang sikap
senang da tidak senang terhadap X)
3.
Orientasi B
terhadap X
4.
Orientasi B
terhadap A
Pada model
Newcomb, komunikasi adalah cara yang biasa dan efektif bagi individu untuk
berorientasi dengan lingkungan mereka. Inilah model untuk tindakan komunikatif
yang disengaja dan melibatkan dua orang. Newcomb membuat postulat dari modelnya
1.
Semaki kuat daya
meuju k-orientasi A berkenaan dengan B dan X, (a) semakin besar ketegangan A
terhadap simetri dengan B berkenaan denga X dan (b) semakin besar kecenderungan
meningkatnya simetri sebagai akibat satu tindak komunikatif atau lebih.
2. Semakin berkurang
ketertarikan antara A dan B, semakin ketegangan terhadap simetri dibatasi (oleh
syarat asosiasi) pada X tertentu yang menjadi tujuan ko-orientasi.
Model Newcomb
mengimplikasikan bahwa suatu sistem tertentu bisa mempunyai ciri keseimbangan
daya dan bahwa setiap perubahan pada sembarang bagian dari sistem itu akam
menimbulkan ketegangan pada keseimbangan atau simetri, karena ketidak
seimbangan atau ketiadaan simetri secara psikologis tidak menyamakan dan menimbulkan
tekanan internal untuk mengembalikan keseimbangan.
Simetri mempunyai
kelebihan bagi seseorang (A) yang siap memperhitungkan perilaku orang lain (B).
Simetri juga meneguhkan orientasi seseorang terhadap X. Ini cara lain untuk
mengatakan bahwa kita mempunyai dukungan sosial dan psikologis untuk orientasi yang
kita pegang. Ketika B yang kita hormati menerima evaluasi kita tentang X, kita
cenderung lebih yakin pada orientasi kita, Kita berkomunikasi dengan orang yang
kita hormati tentang benda-benda, kejadian-kejadian, orang-orang, dan pikiran
(X) yang penting bagi kita untuk mencoba mencapai konsensus atau ko-orientasi
atau, dalam istilah Newcom, simetri Asimetri yang termasuk dalam model Newcomb
ketika orang”sepakat untuk tidak sepakat”.
T.M. Newcomb (1953),
"An Approach to the Study of Communication Acts”
Psychological Review, 60 , American Psychological
"An Approach to the Study of Communication Acts”
Psychological Review, 60 , American Psychological
Model Westley-Maclean
Westley dan Maclean, dalam proses riset
ulasan dan klasifikasi dalam jurnalisme dan komunikasi massa, merasakan
perlunya model yang berbeda. Karena mereka tertarik pada berita, mereka
menyadari bahwa proses komunikasi bias dimulai dengan sebuah kejadian dan juga
orang. Sifat linear dan non-interaktif dari kedua model Shannon dan Lasswell
juga merupakan sumber keprihatinan. Meskipun tak satpun dari keduanya memuaskan
untuk Westley dan Maclean, mereka mengakui pengaruh keduanya terhadap model
mereka sendiri.
Westley dipengaruhi oleh Newcomb ketika dia
masih mahasiswa di Michigan. Model Newcomb menjadi titik awal model Westley dan
Maclean untuk proses komunikasi massa. Mereka menggunakan model Newcomb,
menambahkan sejumlah kejadian, pemikiran, benda, dan orang (X mulai dari X1
sampai Xn), yang merupakan “obyek orientasi” diletakkan
sebagai peran C antara A dan B, dan disediakan sebagai umpan balik.
Model Westley-Maclean menyediakan A dan X di
luar bidang indra langsung dari B. Peran baru C, memungkinkan A dan B tambahan
ini untuk mendukung orientasi B terhadap lingkungannya. Peran C mempunyai tiga
fungsi :
1. Memilih abstraksi benda X yang sesuai dengan
kebutuhan B akan kepuasan atau penyelesaian masalah.
2. Untuk mengubahnya ke dalam suatu bentuk
simbol berisi makna yang juga dimengerti oleh B.
3. Untuk mengirimkan simbol-simbol itu dengan
saluran atau medium kepada B.
Westley dan Maclean mengakui bantuan Newcomb
karena penekanannya pada sistem kesamaan simbol.
Sebagai akibatnya, C melihat, memilih,
menyandikan, mengirim bagian terbatas dari X untuk memenuhi kebutuhan informasi
B. Inilah peran “penjaga gawang” yang dimainkan oleh media. Dalam model ini, B
bias orang, kelompok, atau keseluruhan sistem sosial.
Tidak seperti model Newcomb, dalam model
Westley - Maclean pesan-pesan bisa bertujuan (dengan maksud mengubah persepsi B
terhadap X) atau tanpa tujuan (tanpa maksud di pihak komunikator untuk
mempengaruhi B). Umpan balik juga bisa bertujuan (umpamanya, suatu pembelian
atau langganan yang menjadi bagian dari statistik yang menunjukkan pengaruh
iklan atau kesukaan pada suatu penerbitan).
Pada model Westley-Maclean, peran menjadi
peran advokasi (“komunikator”) dan bisa sebuah kepribadian atau sistem sosial
yang memilih dan mengirim pesan dengan tujuan tertentu B (peran sistem
perilaku, begitulah istilah penulis) adalah yang biasanya diartikan dengan
“sasaran” atau “ publik”. Mereka ini adalah individu, kelompok, atau sistem sosial
yang membutuhkan dan menggunakan informasi tentang lingkungan mereka untuk
membantu memenuhi kebutuhan dan membantu memecahkan masalah. C (yang berperan
sebagai saluran) melayani sebagai agen B dengan memilih dan mengirim secara
tidak bertujuan informasi yang diperlukan B. X adalah obyek dan kejadian “di
luar sana” dalam bentuk pesan (abstraksi X dalam bentuk yang bisa dikirim).
Saluran adalah sarana yang digunakan untuk
mengirimkan X (pesan) melalui A ke B. Saluran termasuk juga C, yang bisa
mengubah pesan (bertindak sebagai “penjaga gawang”). Encoding atau penyandian
adalah proses yang digunakan oleh A dan C untuk mengabstraksi pesan (X1)
dan X yang dikirim lewat saluran. Decoding atau penyandian balik terjadi jika B
menerima pesan dan memahaminya. Umpan balik atau feedback memberi A dan C
informasi tentang pengaruh pesan pada B.
Westley dan Maclean mengambil model Newcomb
dan mengembangkannya untuk mencakup juga komunikasi massa.
TEORI ROBYN PENMANN (Konstruksi sosial dari
realita)
1.
Tindakan komunikasi sifatnya sukarela.
Seperti
interaksionisme simbolis, kebanyakan konstruksi sosial memandang komunikator
sebagai makhluk pembuat pilihan. Ini tidak berarti bahwa orang memiliki pilihan
bebas. Lingkungan social memang membatasi apa yang dapat dan sudah dilakukan,
tapi dalam kebanyakan situasi, ada elemen pilihan tertentu
2.
Pengetahuan adalah sebuah produk sosial.
Pengetahuan
bukanlah sesuatu yang ditemukan secara obyektif, tetapi diturunkan dari
interaksi di dalam kelompok-kelompok sosial. Bahasa kemudian membentuk relaita,
dan pengertian menentukan apa yang kita ketahui.
3.
Pengetahuan bersifat kontekstual.
Pengertian
kita terhadap peristiwa selalu merupakan produk dari interaksi pada tempat dan
waktu tertentu, pada lingkungan sosial tertentu. Pemahaman kita tentang
peristiwa berubah dengan berjalannya waktu.
4.
Teori-teori menciptakan dunia-dunia.
Teori-teori,
dan aktivitas ilmiah dan penelitian pada umumnya, bukanlah alat-alat yang
obyektif untuk penemuan. Mereka ikut serta dalam penciptaan pengetahuan. Dengan
demikian, pengetahuan social selalu menyela dalam proses-proses yang tengah
dikaji. Pengetahuan itu sendiri membawa pengaruh pada apa yang sedang diamati
5.
Pengetahuan bersifat sarat nilai.
Apa yang kita “lihat” dalam suatu
penelitian, atau apa yang kita jelaskan dalam sebuah teori komunikasi,
senantiasa dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tertanam didalam pendekatan yang
dipakai.
TEORI SHOTTER (Alasan dalam konstruksi sosial)
John
Shotter memberikan sebuah perluasan yang bermanfaat dari pemikiran
konstruksionis ke dalam subyek-subyek tanggung jawab moralitas. Shotter
berpendapat bahwa pengalaman manusia tidak dapat dipisahkan dari komunikasi. Perkataan
kita mencerminkan dan menciptakan pengalaman kita akan realita. Yang menjadi
pusat dari mata rantai antara komunikasi dan pengalaman adalah proses pembuatan
alasan.
Shotter
menunjukkan bahwa hubungan antara komunikasi (berbicara dan membuat alas an)
dan pengalaman akan realita membentuk sebuah putaran: Komunikasi menentukan
bagaimana realita dialami, dan pengalaman akan realita mempengaruhi komunikasi.
Langganan:
Postingan (Atom)