Minggu, 11 Agustus 2013

PENYIARAN RADIO SEBAGAI KEKUATAN SOSIAL

Tidak pernah terbayangkan kalau seandainya penyiaran radio berhenti dan diam membisu tanpa bunyi?  Atau pernah tidak berpikir bahwa penyiaran radio yang sekarang ini kita dengar adalah dampak sebuah proses perkembangan teknologi dan komunikasi yang panjang. Kita hidup dimasa sekarang ini dengan mudah dapat menikmati penyiaran radio dan telinga kita dimanjakan melalui bunyi-bunyian dan suara. Boleh jadi kita tidak tahu pasti bahwa penyiaran radio sudah masuk dalam kehidupan manusia, langsung maupun tidak langsung bisa merubah kebiasaan sosial, dan mencerna berita atau memperoleh informasi yang datangnya dari luar rumah melalui reporter atau penyiar sebuah stasiun penyiaran radio. Penulis sependapat dengan kebanyakan peneliti kepenyiaran yang mengatakan bahwa dampak sosial penyiaran radio memang belum sepenuhnya terukur, tetapi indikasinya bisa dirasakan bahwa penyiaran radio bisa menjadi kekuatan baru dalam masyarakat.  Penyiaran radio sebagai media, sering menjadi alat penghubung dalam kehidupan sehari-hari. Coba Anda rasakan ketajaman pesan-pesan yang disampaikan penyiaran radio terasa personal. Kekuatan medium radio ini sudah mulai terasa seabad yang lalu, perubahan semakin nyata dan sangat jelas bagaimana tanggapan masyarakat dalam kehidupan sekarang terhadap penyiaran radio ini. Dari banyak penelitian dampak itu sangat signifikan khususnya pengaruh penyiaran radio dalam kehidupan sosial. Penyiaran radio merupakan suatu media yang paling pribadi dan merupakan media yang jauh lebih besar dari hidup ini. Dari Kajian literatur kepenyiaran, Chester, Garrison, dan Willis dalam bukunya “Television and Radio“ menyatakan bahwa penyiaran sebagai pancaran melalui ruang angkasa oleh sumber frekuensi dengan sinyal yang mampu diterima di telinga atau didengar dan dilihat oleh publik umum. Beberapa tipe penyiaran: penyiaran bunyi standard   atau   AM  (Amplitude Modulation) dan penyiaran FM (Frequency Modulation) bentuk ketepatan tinggi dari bunyi pancaran. Straubhaar dan LaRose, dalam bukunya “Media Now“ menyebutkan AM adalah kependekan dari Amplitudo Modulasi, yang berarti bahwa informasi suara dibawa melalui perubahan ketinggian atau amplitudo gelombang radio. Didalam sebuah sistem radio AM, arus listrik yang keluar dari mikropon, atau peralatan rekaman elektronik digabung dengan gelombang elektromagnetik yang berfrekuensi tinggi berhubungan dengan frekuensi saluran radio tertentu. Lebih lanjut disebutkan bahwa dalam radio FM, informasi suara dibawa oleh getaran frekuensi yang harmonis dari gelombang radio disekitar pusat frekuensi yang dibawa.  Kemudian Sullivan, Hartley, Saunders, Montgomery, dan Fiske, dalam bukunya “ Key Concept in Communication and Cultural Studies “, menyebutkan bahwa penyiaran adalah pengiriman pesan melalui media televisi atau radio dengan tidak dikontrol secara teknik oleh penerima. Watson dan Hill, dalam bukunya “A Dictionary of Communication and Media Studies“ mengatakan media sering disebut sebagai pekerjaan yang berkaitan dengan siaran dan aturan penyiaran dalam meningkakan isi, tingkatan dan gaya sesuai yang diharapkan oleh pendengar. 


Gambar diatas menunjukkan bagaimana penyiaran radio FM menggunakan gelombang suara, suara penyiar dirubah oleh listrik dengan menggunakan mikropon, sinyal listrik ini digabungkan dengan sinyal pembawa yang berfrekuensi tinggi dan disiarkan ke radio penerima. Radio penerima menyaring sinyal pembawa tersebut dan menciptakan sinyal analog elektrik orijinal, yang dirubah oleh speaker menjadi enerji suara. Jika diperhatikan jangkauan wilayah penyiaran radio, sekarang ini banyak pengelola yang ingin jangkauan siarannya bisa didengar semakin jauh. Tetapi sebenarnya  hal ini tergantung dari kebijakan pengelola itu sendiri, karena semakin kuat daya pancar maka semakin jauh bisa didengar di banyak wilayah. Namun persoalannya dalam mewujudkannya akan ada catatan tersendiri bagi pengelola. Hal yang paling esensial adalah masalah “dana“ yaitu biaya harus dikeluarkan untuk mengopersikan sistem penyiaran radio tersebut. Sebut saja jika Harley FM merencanakan cakupan siarannya semakin luas maka harus merencanakan dengan matang dari sisi teknik misal: seberapa tinggi menara yang harus dibangun, mengukur ketinggian permukaan tanah, menggunakan antena apa, dan pemancarnya dengan kekuatan berapa, serta masih banyak lagi hal-hal yang perlu dihitung.  Akan tetapi dalam perkembangannya sekarang ini, khususnya di Indonesia, Departemen Perhubungan melalui Keputusan Mentri Nomor ; KM 27 Tahun 2004, tentang Penetapan dan tata cara pengalihan kanal Frekuensi radio bagi Penyelenggara Radio Siaran FM ( Frequency Modulation ),  di atur dalam pemetaaan frekuensi menurut kota dan kekuatan pemancar atau daya jangkau bagi pengguna penyiaran radio FM. Dari data yang penulis dapatkan, pembagian kelas ini berdasarkan Ibukota, Ibukota provinsi, Ibukota Kabupaten, dan Kota kabupaten, sebagai berikut:


Penerima radio (receivers) di masyarakat dari kajian penulis, paling tidak memiliki satu set radio penerima. Selain di rumah, kepemilikan penerima radio didalam kendaraannya. Dengan kemampuan yang sangat unik pada medium penyiaran radio ini, jika pendengar tertarik maka penyiaran radio dapat dijadikan media menghibur atau media yang dapat memberikan informasi. Radio penerima mudah dibawa kemana-mana, dan sesuka pendengar, bisa di kamar, di Kantor, di tempat umum, atau perjalanan menuju tempat beraktifitas. Pada kenyataannya penyiaran radio banyak diminati oleh individu untuk memanfaatkan waktu luang atau sebagai pelengkap menjadi teman penghibur ketika dalam perjalanan berkendara. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa peranan media penyiaran radio masih tetap berada dipemikiran dan telinga masyarakat. Dengan potensi pendengar yang menyebar dibeberapa wilayah cakupan, penyiaran radio bisa dijadikan kekuatan utama media untuk hubungan kepentingan yang baik maupun kepentingan yang buruk bagi masyarakat. Acara-acara yang ditawarkan oleh penyiaran radio biasanya mencerminkan “need and wants“ yang bernilai bagi masyarakat. Selama penyiaran radio terus menerus menyiarkan program yang menjadi perhatian pendengar boleh jadi akan menimbulkan nilai dan hasrat bagi kepentingan masyarakat, dalam hal ini berarti antara harapan pendengar dan stasiun penyiaran radio ada kesesuaian. Akan tetapi, bahwa acara itu disukai oleh masyarakat, maka acara tersebut bisa dikatakan berhasil secara positif.  Lebih ekstrim lagi acara penyiaran radio bisa juga menimbulkan ketegangan bagi masyarakat. Bukti nyata yang bisa dikaji adalah ketika awal-awal penyiaran radio lahir di Amerika dan peristiwa ini menjadi bukti kekuatan media radio. Indikasi pertama terjadi pada tahun 1933, ketika Franklin D. Roosevelt  memberikan pidato kenegaraan pertamanya pada jutaan pendengar , meyakinkan mereka: “the only thing they had to fear was fear itself  ( Satu satunya hal yang harus ditakuti adalah ketakutan itu sendiri )“. Perbincangan Roosevelt’s pada pendengar – satu individu, sewaktu - waktu, dan menunjukkan kekuatan penuh dari keefektifan suaranya.


Contoh lain dari sejarah penyiaran radio di Indonesia, 10 November 1945, ketika pecah pertempuran Surabaya, misalnya Bung Tomo, melalui radio pemberontak dengan gayanya yang khas telah membangkitkan semangat bertempur, bukan saja dikalangan pemuda-pemudi Jawa Timur tetapi juga didaerah lain. 

Kedua contoh itu merupakan kejadian yang sangat nyata penyiaran radio tentang dunia luar yang membuat masyarakat langsung mendengar secara jelas tentang kekuatan media penyiaran radio.