Selasa, 19 Oktober 2010

Dr. Harliantara, Drs. M.Si.


Harliantara atau dengan nama yang lebih dikenal Harley Prayudha, Berkarir dalam dunia penyiaran radio, dimulai sejak tahun 1985, dilalui selama 5 tahun di Radio OZ FM Bandung, kemudian tahun 1990 hingga 1991 fakum di dunia siaran radio karena harus melanjutkan sekolah ilmu Manajemen di Stamford College Singapura.

Sepulangnya dari Singapura kembali menekuni dunia penyiaran, dengan bergabung di Radio TRIJAYA FM Jakarta pada tahun 1992, selanjutnya diterbangkan dari Jakarta untuk mengelola Radio METRO STATION RRI PRO 2 FM Surabaya (Management by Trijaya FM Group) hingga mengelola radio SCFM Surabaya.

Selama perjalanan mengelola radio SCFM Surabaya, tahun 1997, mendapat kesempatan mendalami dunia kepenyiaran atas undangan Pemerintah Amerika Serikat melalui USAI (Departemen Penerangannya AS ) di 8 kota Amerika Serikat melalui The Internasional Visitor Program - Broadcasting Management (Washington DC. New York, Atlanta, Kansas City, Columbia Missouri, New Orleans, Phoenix, Berkeley, dan San Francisco). Kemudian pada bulan April, tahun 1998 kembali memiliki kesempatan menjadi perwakilan Indonesia untuk mengikuti The International Broadcaster Conferences di Washington DC. Membahas masalah Child Survival atas undangan Voice Of America. 


Sekembalinya dari AS, Harley mengundurkan diri dari SCFM Surabaya dan bergabung dengan Suzana Radionet menjadi Station Manager EBS FM Surabaya tahun 1998 sampai 2000. Pada Tahun 2001 sempat menjadi Program Manager JTV Surabaya dan Direktur Spacetoon Surabaya. Tahun 2002 kembali ke radio hingga tahun 2005 menjadi General Manager DELTA FM Surabaya. Perjalan karir  tidak berhenti, tetap mengembangkan karir yang dicintainya yaitu dunia penyiaran sebagai konsultan di beberapa radio seperti di Surabaya, Padang, Pekanbaru, Balikpapan, Banjarmasin, Kupang Nusa Tenggara, Tulungagung, Pontianak, dan kota lain di Indonesia. 



Kembali ke kampung halaman Kota Bandung setelah hampir 18 tahun mengembara di Surabaya, sejak April 2008 hingga Maret 2012 menjadi  Operations Manager Hardrock FM & I-Radio Bandung, selanjutnya sejenak selama 4 bulan menangani RADIO 2.0 INDONESIA sebagai Project Director sebelum hijrah ke New Shinta FM Bandung.

Industri radio dari zaman dulu sampai sekarang memang tidak ada matinya, itu karena industri radio memiliki karakteristik yang berbeda dengan media lain. Karena mampu menjangkau kelompok sasaran yang spesifik. Radio bisa didengar dan bisa menjangkau khalayak potensial setiap saat, dimanapun mereka berada. termasuk perkembangan saat ini Radio tidak hanya di medium frekuensi (radio konvensional) namun integrasi dengan media internet. Radio menjadi inspirasi hingga menjadi judul disertasi dalam rangka menyelesesaikan puncak pendidikannya menjadi Doktor Ilmu Komunikasi yaitu "Integration Of Conventional And Internet Media In Private Radio Broadcasting Institutions" dan berhasil dipertahankan pada sidang promosi doktor ilmu komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung pada tanggal 12 November 2014, dinyatakan Lulus dengan IPK 3,86 .



Motto hidupnya adalah terus berjuang dalam kehidupan yang lebih baik, Pernah juga sebagai fasilitator dan pembicara seminar bidang komunikasi di John Robert Powers Indonesia 1995 hingga 2015, serta selain sebagai praktisi radio, profesi lain yang dijalani adalah praktisi marketing komunikasi, pembicara seminar komunikasi, dan mengabdikan diri pada dunia keilmuan sebagai dosen dan sejak Oktober 2021 diberi amanah sebagai DEKAN Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Dr. Soetomo Surabaya (UNITOMO)


Di bidang pendidikan, Sarjana (S1) dari Filsafat Dan Sosiologi IKIP Bandung lulus pada tahun 1989, Magister (S2) Ilmu Komunikasi, Universitas Dr. Soetomo Surabaya lulus tahun 2003, dan Doktor (S3) Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran Bandung lulus tahun 2014 . Selain itu pernah menjadi dosen luar biasa di  beberapa perguruan tinggi.

Penghargaan yang pernah diraihnya adalah Manager Program Terbaik - Lomba Prestasi Insan Radio , PP PRSSNI Tahun 1995, Instruktur Terbaik - John Robert Powers Surabaya, Tahun 2007. Best Paper pada 1 st International Conference On Learning Organization - Telkom Corporate University dan Telkom University pada tahun 2013.

Selain itu menulis buku radio yang diterbitkan Bayu Media Malang : RADIO : Suatu Pengantar & Wacana Untuk Praktik Penyiaran (2005), RADIO : Penyiar It's Not Just A Talk (2007),  THINK AND LEARN RADIO (2011), RADIO IS SOUND ONLY diterbitkan Broadcastmagz Publisher Jakarta (2013), ONAIR TO ONLINE - Pengantar Penyiaran Radio, diterbitkan Broadcastmagz Publisher Jakarta (2016)


Program Brodkaster Radio Masa Depan

Untuk menjadi program brodkaster lembaga penyiaran radio swasta masa kini dan masa depan , tidak hanya piawai membuat program, namun lebih dari itu, yaitu harus bisa juga menjual program-nya...Nah ini persoalannya, dari awal saja banyak diantara kita para radio broadkaster yang tidak mau belajar gimana sih menjual program radio yang sesungguhnya. Kenyataan yang ada hanya mau berkreatif mengelola program dan diasumsikan kalau program sudah baik akan berdampak pada penjualan dan pengiklan datang sendiri. Faktanya tidak demikian, banyak program bagus yang tidak laku dijual dan tidak diminati pemasang iklan. Nah ini persoalan kita semua sebagai praktisi radio, benarkah programnya tidak bagus atau memang kita tidak bisa menjualnya ?.

Bagaimana perusahaan radio bisa menjadi sehat, program bagus dan banyak pendengarnya saja tidak laku dijual. Kesukesan radio bagi kita dan pemilik radio adalah bagaimana hasil penjualan produk-produk radio bisa menjadi pundi-pundi keuntungan. Jadi kita sebagai broadkaster radio sudah saatnya belajar bagaimana memoles diri sendiri untuk bermafaat bagi radionya, yaitu menjual ide kreatif ( produk radio-programming) hingga bisa menjualnya dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Nah sepertinya kompetensi sejati broadkaster swasta saat ini akan mengarah kepada SDM yang memiliki naluri berkreasi (Program) dan bisa menjual (Sales). Kalau kita sudah bisa memiliki dua hal tersebut, maka pekerjaan untuk berprofesi di radio tidak usah dikhawatirkan, kita akan diminati dan dicari oleh para pemilik radio, nilai jual kita akan bertambah karena memiliki kompetensi tersebut.

Oleh karena itu nilai jual kita sebagai broadkaster radio bukan karena lamanya bekerja di industri radio atau hanya punya darah "R" saja, tapi lebih dari itu yaitu kita mau belajar untuk mengoptimalkan kemampuan kita agar benar-benar mampu (bukan pura-pura mampu karena merasa lama hidup di radio) serta kita bisa membuktikan bahwa kita punya karya nyata dalam perjalanan karir di radio. Ingat bahwa output kesuksesan radio adalah karena advertiser (Pengiklan) banyak yang menggunakan media radio kita, baik yang dicari maupun datang sendiri. Berburu iklan radio tidak hanya di Jakarta namun di daerah sebenarnya masih banyak harta karun periklanan yang belum digarap atau diolah secara optimal (harta karun periklanan daerah yang belum diolah dan advertiser daerah belum diedukasi oleh kita tentang pentingnya beriklan di radio).

Jangan salahkan radex (Radio Expenditure) kalau terus turun. Jangan salahkan Industri ! Karena kita tidak dapat iklan secara optimal. Dan jangan salahkan radio terus tumbuh karena Pemerintah atau KPID memberikan rekomendasi kelayakan. Yang terpenting jangan salahkan pemilik radio, karena pemilik radio akan memberikan apa yang kita inginkan selama kita memiliki nilai jual yang tinggi. Semoga.......!!!!