Senin, 16 Oktober 2017

HARI KESEHATAN DAN ASPEK KOMUNIKASI


Hari Kesehatan Jiwa Sedunia diperingati setiap 10 Oktober. Tahun ini mengemukakan tema Mental Health in World Place. Ini menyoroti kesehatan jiwa para pekerja atau kaum buruh. Penelitian kesehatan dasar menunjukkan bahwa satu dari tujuh orang alami masalah kesehatan jiwa di tempat kerja. Gangguan kejiwaan yang menimpa kaum buruh sering terabaikan begitu saja. Perlu mencegah gangguan kejiwaan melalui berbagai media komunikasi. BPJS Ketenagakerjaan perlu membuat media komunikasi kesehatan jiwa sebagai langkah preventif. Juga perlu membangun pusat rehabilitasi mental dan kecelakaan kerja. Sudah saatnya program konkrit BPJS Ketenagakerjaan tangani para buruh yang menderita gangguan kejiwaan. Untuk atasi gelembung depresi masyarakat yang makin membesar perlu program antisipasi yang berbasis komunikasi kesehatan jiwa lewat media massa. Peran media seperti radio siaran maupun radio komunitas dalam mengatasi gelembung depresi masyarakat sangat penting. Kini rumah sakit tengah mengembangkan platform atau format radio menjadi master radio kesehatan. Platform tersebut merupakan sinergi pengelola rumah sakit dengan radio siaran berbasis komunikasi kesehatan. Di negara lain media berbasis komunikasi kesehatan jiwa dengan sistem hotline service cukup efektif untuk pencegahan gangguan jiwa hingga kasus bunuh diri. Media seperti itu sudah menjadi solusi berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Hong Kong, dan Filipina. Masalah depresi dan penyakit kejiwaan lainnya makin sering terjadi. Baik yang dilakukan oleh orang biasa hingga selebriti. Agenda penting bangsa adalah antisipasi ledakan depresi. Sangat relevan agenda World Health Organization (WHO) yang menjadikan 2017 sebagai kampanye dengan tema ’’Depresi, Ayo Bicara’’ (depression, let’s talk ). Lembaga dunia tersebut juga memprediksi terjadinya ledakan depresi di berbagai belahan dunia. Kementerian Kesehatan RI sebenarnya telah membentuk layanan hotline. Namun sejak 2014 layanan tersebut dihentikan karena tidak efektif menjaring publik yang terkena depresi. Platform diatas kurang populer lantaran kurang memperhatikan aspek komunikasi publik yang memiliki daya tarik. Layanan Kemkes tersebut ditutup lanaran terjadi ketidakefektifan antara biaya sumber daya yang disediakan dengan jumlah penelpon, semakin lama semakin menurun alias sepi peminat. Perlu meningkatkan kepedulian terhadap gangguan bipolar di negeri ini terkait angka bunuh diri yang tergolong tinggi. Yakni sudah sebanding dengan Jepang. Pada peringkat angka bunuh diri seluruh dunia, Indonesia dan Jepang menempati posisi yang sama di urutan kesembilan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat angka bunuh diri di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Selama lima tahun terakhir mencapai 1,8 per 100.000 jiwa atau sekitar 5.000 orang per tahun. Untuk mewujudkan tema WHO diatas perlu media sebagai prasarana kelompok sasaran. Praktisi radio siaran dan radio komunitas perlu mendapatkan konten tentang kesehatan jiwa dan nara sumber yang berkompeten. Indonesia merupakan salah satu negara yang diberi catatan khusus oleh WHO bahwa ledakan depresi diprediksi bakal terjadi. Tentunya ini sangat serius. Karena dampak depresi bisa menghancurkan bangsa karena kualitas hidup masyarakat merosot dan produktivitas masyarakat bisa terpuruk. Para praktisi lintas profesi dan entitas keluarga sudah saatnya memberi perhatian serius terhadap masalah gangguan mental. Fasilitas Rumah Sakit Jiwa (RSJ) dan jumlah psikiater harus segera dibenahi. Perlu sosialisasi dan penerangan kesehatan jiwa yang lebih efektif terhadap masyarakat. Rekomendasi WHO menyatakan bahwa untuk perawatan gangguan mental pada pelayanan kesehatan jiwa tingkat dasar harus didukung pasokan obat psikotropika yang memadai, perbaikan kebijakan dan program, serta memantau kesehatan mental rakyat secara akurat lewat media berbasis komunikasi kesehatan. Selain usaha pencegahan penyakit kejiwaan, aspek layanan psikiatrik yang disajikan oleh pemerintah daerah juga harus memadai. Pelatihan dokter dan perawat di Puskesmas perlu segera dilakukan untuk atasi gelembung depresi. Apalagi sekitar 30 persen pengunjung Puskesmas selama lima tahun terakhir menunjukkan gejala gangguan kejiwaan. Tingkat pelayanan psikiatrik disuatu negara juga bisa dilihat dari rasio jumlah psikiater dengan penduduk. Hanya negara maju seperti Amerika Serikat , Australia , dan sebagian negara Eropa yang memiliki perbandingan sepuluh psikiater per 100 ribu penduduk. Sedang negara-negara di Asia dan Afrika umumnya hanya memiliki satu psikiater per 100 ribu penduduknya.

Tidak ada komentar: